Sejak awal berdiri, Muhammadiyah ditabalkan bukan saja sebagai gerakan amal, tapi yang lebih substantif adalah gerakan pemikiran atau state of mind — tulis Dr Alfian Ketua LIPI, dalam sebuah makalah tentang Islam dan Perubahan Sosial
^^^**
Prof Nakamura menyatakan bahawa yang menarik dari Muhammadiyah bukan dari banyaknya amal usaha, tapi minsdtream tentang kebaharuan pemikiran yang mendahului kenapa sebuah amal usaha harus berdiri—kenapa membangun sekolah modern, rumah sakit atau universitas ? Kenapa di sekolah-sekolah Muhammadiyah mengajarkan ‘ilmu-ilmu sekuler’ ?
Tesis kyai Dahlan bahwa takhayul, bidah dan khurafat bakal menghilang seiring dengan tingkat pendidikan seseorang—Kyai Dahlan melanjutkan bahwa pendidikan akan dapat mengangkat harkat, merubah tradisi, pola pikir dan pola tindak dalam keberagamaan sudah tentu benar.
Pilihan ini diambil kyai Dahlan untuk
mewujudkan gagasan tajdidnya—terkoneksi dengan pikiran Syaikh Abduh dan Syaikh Ridha muridnya—tentang kemulian ajaran Islam yang tertutup karena kebodohan umatnya—al Islamu mahjuubun bil muslimiin. Maka Kyai Dahlan merancang strategi pencerdasan sebagai langkah awal mengurai benang kusut.
^^^^
Dalam konteks ini, maka tidak berlebihan bila Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah menempati posisi urgen dan strategis, yaitu merawat intelektualitas dan kebaharuan pemikiran —pilihan ini diambil
sebagai ikhtiar balancing antara glamour berdirinya berbagai amal usaha di satu sisi dan kekuatan pikiran dalam bentuk pikiran maju sebagai ruh pergerakan.
Kekuatan Muhammadiyah sebagai gerakan amal dan gerakan pemikiran adalah realitas. Ruh dan sumber etik—darinya arah pergerakan bersumber sebagai sumbu kekuatan. Sudah sepatutnya tidak saling menafikkan tapi bergerak sinergis saling menggenapi.
Bersyukur posisi intelektualitas kader-kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah cukup menjanjikan. Ada harapan baik yang membanggakan. Sekaligus menyenangkan karena di saat kader kader yang lain terjebak praktik politik praktis IMM terbukti ‘belum tergoda’ dan istiqamah di jalan ilmu.
^^^
Ke depan saya pikir IMM akan semakin kokoh ditengah perubahan—mengisi ruang kosong tradisi intelektual yang ditinggalkan sebagai padanan pergerakan. Urgen dan strategis. ‘Percayalah intelektual tak pernah kalah betapapun dimarjinalkan atau di asingkan di tempat paling sepi sekalipun — tulis Thaha Husein.
Selamat MILAD: Rahayu—Rahayu—Rahayu 🌹🌹🌹🌹🌹
Dr. KH. Nurbani Yusuf
– Dosen Universitas Muhammadiyah Malang
– Ketua MUI Kota Batu Malang
– Peneliti Komunitas Padang Masyar