Karanganyar, Jum’at(13/10/2017) – Beberapa hari lalu, Selasa(10/12), menjadi awal quartal yang baik bagi dedikasi SSR Aisyiyah Karanganyar dalam komitmennya pada isu TB-HIV di Kabupaten Karanganyar. Lagi-lagi, Kwarcab Pramuka Kabupaten Karanganyar memberikan waktu dan kesempatan dalam Kemah 365 hari – Kabupaten Karanganyar di Bumi Perkemahan Delingan untuk bersama mengedukasi masyarakat khususnya pendidik di sekolah terkait isu TB-HIV. Dalam kegiatan ini SSR Aisyiyah Karanganyar bersama dengan KPA Kabupaten Karanganyar terjun langsung dan terlibat dalam kegiatan tersebut. Bapak Jatmiko selaku Sekretaris KPA Kab. Karanganyar dan Mas Haha (panggilan akrab) dari Koordinator SSR Aisyiyah Karanganyar berkolaborasi dalam menyampaiakan materi tentang pentingnya pemahaman masyarakat terhadap TB-HIV. Hal ini dirasakan oleh Sutarno selaku penyelenggara dari Kemah 365 hari (perwakilan Kwarcab Pramuka Karanganyar) sebagai upaya edukasi penting bagi para pendidik di sekolah-sekolah serta sebagai bukti bahwa pramuka di Karanganyar juga selalu mengupayakan berbagai bentuk kontribusinya dalam penyehatan masyarakat. Pramuka adalah generasi muda yang harus sehat dan ikut ambil bagian dari penyehatan masyarakat, tutur Sutarno.
Ket: Suasana kegiatan
Kegiatan ini dilaksanakan pukul 15.00 WIB dengan disertai juga screening kesehatan layanan dahak yang dipandu dan difasilitasi oleh staf SSR Aisyiyah Karanganyar Budiawan dan Intan. Keduanya memberikan fasilitasi pengjangkauan dalam penanganan suspect TB. Sementara dalam porsi layanan kesehatan dalam kegiatan tersebut, KPA Kab Karanganyar mengarahkan peserta yang ingin melakukan test VCT dapat melakukannya di RSUD Karanganyar ataupun Puskesmas terdekat. Bagi para suspect yang telah dilakukan pemeriksaan dahak seperti tersebut di atas, secara operasional akan langsung dilakukan test VCT.
Dengan adanya uraian tersebut, sekaligus menjadi edukasi pada masyarakat bahwa jika dalam suatu kondisi ada pasien yang hendak melakukan test TB dan diarahkan sekaligus pemeriksaan VCT itu memang karena untuk SOP kolaborasi TB-HIV demikian halnya, maka bukan berarti bahwa pasien TB yang melakukan Tes VCT adalah diposisikan sebagai penderita, namun lebih mengarah pada langkah antisipasi. Maka diharapkan dengan kegiatan ini masyarakat khususnya pendidik ikut mengedukasi masyarakat sekitarnya dalam menyampaikan alur tersebut, hal ini penting karena banyak informasi yang kurang menyeluruh diterima oleh masyarakat, mengakibatkan rendahnya capaian dalam program penanganan dan pengendalian TB-HIV di Karanganyar.
Bagikan