Karanganyar, Ahad(15/04) –Pernyataan tersebut ditegaskan oleh Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) DR. Sofyan Anif, M.Si., pada acara rapat koordinasi (Rakor) triwulan putaran ke-5 periode Muktamar 47 tahun 2018 Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Karanganyar, Sabtu (15/04) bertempat di komplek pendidikan SD Muhammadiyah Cabang Muhammadiyah Kecamatan Jatiyoso Kabupaten Karanganyar.
Sofyan Anif dihadirkan oleh PDM Karanganyar sebagai pembicara inti pada rakor triwulan yang mengambil tema “Best Practise Keberhasilan Pengelolaan UMS”. Tema tersebut menurut ketua PDM Karanganyar Drs. H. Muh. Samsuri, M.SI., diambil agar Muhammadiyah Karanganyar khususnya para pengelola amal usaha Muhammadiyah (AUM) pendidikan bisa belajar dan mengambil contoh sukses pengelolaan lembaga pendidikan sebagaimana UMS.
Dalam awal sambutannya sebagai pembicara inti, Sofyan Anif yang merupakan kader tulen dan aktivis Muhammadiyah sejak kecil meyampaikan jika padatnya acara sempat khawatir tidak bisa hadir secara langsung. “Saya sempat kawatir tidak bisa hadir disini karena karena tadi malam masih di Nusa Tenggara Barat dan baru dapat tike pesawat tadi pagi pukul 06.00 WITeng, Alhamdulillah sekarang sudah ada disini meskipun juga pada waktu yang bersamaan di kampus UMS ada kegiatan Reuni Nasional Vokal IMM tetapi saya lebih memilih kesini dan insyaa Allah akan lebih bermanfaat” kata Sofyan Anif.
Rektor UMS lebih lanjut mengatakan jika tidak perlu dalam forum ini memaparkan tentang teori manajemen, namun ia hanya akan menyampaikan 4 hasil analisis seorang peneliti dari utusan PBB yaitu DR. Budill yang menulis hasil analisisnya tentang Muhammadiyah dan Aisyiyah.
“Setidaknya ada empat kesimpulan yang menjadi ciri khusus sebagai peyebab keberhasilan dan bertahannya Muhammadiyah dan Aisyiyah sebagai gerakakan dakwah. Ke empatnya menurut Budill adalah ciri Muhammadiyah dan Aisyiyah Mandiri, Profesional, Komitmen keikhlasan dan Kreatifitas kegiatan yang menyetuh sumber daya manusia” menurut Sofyan Anif.
Berbicara tentang UMS menurut Rektor yang dilantik pada 22 April 2017 ini bukan sesuatu yang tiba-tiba, semua juga dimulai dari bawah, dari kecil. “UMS dulu dibangun oleh para pendahulu dengan gotong royong dan keihklasan sebagaimana kebiasaan di Muhammadiyah dalam mendirikan amal usaha”.
Menyinggung tentang komitmen dalam mengelola dan mengembangkan amal usaha dan persyarikatan Muhammadiyah, Sofyan Anif memberikan contoh memang tidak seluruhnya yang ada di lingkungan Muhammadiyah ini mempunyai komitmen yang kuat dan sama. Namun sebagai pimpinan ia harus tegas terhadap mereka yang mempunyai komitmen rendah.
“Saya berikan contoh, disaat UMS ditunjuk sembagai tempat penyelenggara Muktamar Muhammadiyah ke-48 tahun 2020 yang tentunya membutuhkan dana besar dan namun sekaligus itu menjadi investasi ada saja yang kurang punya komitmen memnerikan dukungan. Untuk membangun dan menyediakan sarana Muktamar berupa auditorium kami butuh investasi 263 milyar dan tentunya saya mengambil solusi salah satunya dengan melakukan tukar guling aset. Putusan ini ada juga yang menentangnya, ini bentuk komitmen yang rendah yang harus dibereskan” tegas Sofyan Anif.
Di akhir paparan pembinaan Sofyan Anif mengingatkan tentang pilihan KH. Ahmad Dahlan sebagi pendiri Muhammadiyah yang memilih sekolah atau lembaga pendidikan sebagai sebuah strategi yang tepat untuk memperbaiki sumber daya manusia (SDM) yang ditunjang dengan penyediaan sarana kesehatan.
Sebagai penutup UMS memberikan bantuan untuk pengembangan sekaligus mengurangi hutang pembangunan SD Muhammadiyah Jatiyoso sebesar 33 juta rupiah. (MPI PDM Kra-JOe).