Karanganyar, Sabtu(03/08/2019) – Muhammadiyah dalam gerakannya tidak meninggalkan seni budaya. Bahkan menggunakannya sebagai sarana dakwah terutama dakwah kultural. Hal tersebut dibuktikan dengan diselenggarakannya kegiatan “Apresiasi Wayang Pelajar” yang dilaksanakan di Gedung Dakwah Muhammadiyah (GDM) pagi ini. Kegiatan tersebut juga merupakan wujud apresiasi Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Karanganyar atas prestasi Lembaga Seni Budaya dan Olahraga (LSBO) PDM yang berhasil menarik mata dunia dalam penampilannya di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Rabu kemarin (31/07).
Dalam acara Soft Launching Logo Muktamar itu, LSBO Karanganyar tampil memukau dengan pertunjukan wayang pelajar. Bahkan Rektor UMS mengapresiasinya. Ketua PDM Karanganyar dalam sambutan pagi ini menyampaikan bahwa Muhammadiyah tidak mengharamkan seni budaya. Menurutnya seni budaya akan bermanfaat tergantung bagaimana kita menggunakannya. Ia pun mengajak seluruh jajarannya dan peserta yang hadir untuk ikut ‘nguri – nguri’ budaya, jangan sampai zaman semakin maju malah budaya semakin terkikis. Ia mencontohkan negara Jepang yang sangat maju dalam industrinya, tetapi tetap menjaga seni dan budaya mereka.
“Wayang adalah budaya asli Jawa yang adiluhung, jangan sampai kita jadi maju tapi budaya malah terkikis, contoh saja Jepang, Malaysia dan negara – negara lain. Mereka maju tapi budaya juga dipertahankan”, tuturnya.
Sementara itu, Wakil Ketua LSBO Karanganyar, Ki Ngabehi Edy Sulistiono, S.Sn., M.Hum, yang juga bertindak sebagai Dalang dalam pagelaran tersebut menampilkan lakon “Bimo Maguru”. Lakon ini merupakan adaptasi dari lakon pewayangan “Dewa Ruci”. Dewa Ruci sendiri adalah nama seorang Dewa kerdil (mini) yang dijumpai oleh Bima atau Werkudara dalam sebuah perjalanan mencari air kehidupan. Nama Dewa Ruci kemudian diadopsi menjadi lakon atau judul pertunjukan wayang, yang berisi ajaran atau falsafah hidup moral orang Jawa. Lakon wayang ini menjadi bagian dari epos Mahabarata.
Dalam pertunjukannya, Ki Ngabehi Edy Sulistiono meringkas kisah Bima Maguru tersebut hanya berdurasi 1 jam saja. Tentu hal ini bukan tanpa alasan mengingat para penonton dalam kegiatan tersebut sebagian besar adalah siswa sekolah. Tujuan pemilihan Bima Maguru tersebut adalah untuk memberikan edukasi kepada para pelajar yang hadir. Bahkan setelah selesai pewayangan, sang Dalang mengajak para peserta yang hadir untuk berdiskusi tentang wayang dan lakon wayang tersebut. Tidak hanya para siswa yang aktif bertanya, para guru dari Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) pun juga ikut berpartisipasi dalam diskusi tersebut. (MPI PDM Kra- Oki)
PHOTO GALERI
Bagikan